Sabtu, 08 November 2014

kumpulan tugasku

POLISITEMIA

BAB I
(PENDAHULUAN)

1.1  Latar belakang
Sel darah merah terdiri dari sebagian besar sel-sel darah dalam sirkulasi, dan salah satu fungsi utama mereka adalah untuk membawa oksigen dari paru ke semua sel, jaringan, dan organ dalam tubuh. Oksigen dilakukan di dalam sel darah merah dikombinasikan ke besi yang mengandung protein yang disebut hemoglobin.
Jika ada jumlah yang lebih tinggi dari sel darah merah dalam sirkulasi dari biasanya maka seseorang dikatakan telah erythrocytosis atau polisitemia. Situasi sebaliknya dapat terjadi, dimana ada tingkat yang lebih rendah dari sel darah merah daripada biasanya, dan kondisi ini disebut sebagai anemia. jumlah sel darah merah dan dibesarkan dapat ditemukan kebetulan pada orang tanpa gejala, pada tahap awal polisitemia.
Polisitemia adalah suatu kondisi yang jarang terjadi di mana tubuh terlalu banyak memproduksi sel darah merah atau peningkatan abnormal pada jumlah sel darah merah yang diproduksi oleh sumsum tulang.
1.2  Tujuan
Untuk memahami penyakit polistemia agar dapat mengetahui gejala klinis, penyebab, etiologi, patofisiologi dan dapat membedakan polistemia primer dan polistemia sekunder yang bertujuan agar dapat mendiagnosa pasien dengan baik.
1.3  Manfaat
Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan wawasan kepada semuanya.Manfaat lain dari penulisan makalah ini adalah dengan adanya penulisan makalah ini diharapkan dapat dijadikan acuan untuk belajar salah satunya tentang polistemia.

1.4  Sistematika
Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I (Pendahuluan)
a.         Latar Belakang
b.         Tujuan
c.         Manfaat
d.        Sistematika
BAB II (Tinjauan Teori)
BAB III (Asuhan Keperawatan)
BAB IV ( Penutup)
a.         Kesimpulan
b.         Saran
Daftar Pustaka




.







BAB II
(TINJAUAN TEORI)


2.1 Definisi Polistemia
Polistemia adalah peningkatan konsentrasi sel darah merah (jumlah sel darah merah melebihi 6 juta/mm³ atau hemoglobin melebihi 18 g/dl, dapat primer atau sekunder, atau Polisitemia bisa di sebut juga  dengan  suatu kondisi yang jarang terjadi di mana tubuh terlalu banyak memproduksi sel darah merah atau peningkatan abnormal pada jumlah sel darah merah yang diproduksi oleh sumsum tulang. Polisitemia atau polisitemia vera (PV) berasal dari bahasa Yunani: poly (banyak), cyt (sel), dan hemia (darah). Jadi, polisitemia berarti peningkatan jumlah sel darah (eritrosit, leukosit, trombosit) di dalam darah. Sementara itu, ‘vera’ diambil dari bahasa Latin yang artinya sejati. Kata ‘vera’ digunakan untuk membedakannnya dari keadaan (penyakit) lain yang juga bisa mengakibatkan peningkatan sel darah merah dalam darah.
Polistemia primer (polistemia vera) adalah suatu keganasan derajat rendah sel – sel induk hematopoietik dengan karakteristik peningkatan jumlah eritrosit absolut da volume darah total, biasanya di sertai leukositosis, trombositosis dalam proporsi normal, dan splenomegali.
Polistemia sekunder terjadi sebagai mekanisme kompensasi bila terjadi hipoksia kronis. Hipoksia mencetuskan pelepasan eritropoetin, hormon yang diproduksi  oleh ginjal yang merangsang eritropoesis. Polistemia sekunder tidak menghasilkan gejala-gejala, kecuali pmeriksaan laboratorium dan tidak memerlukan pengobatan. Penatalaksanaan polistemia sekunder mencakup penanganan masalah primernya. Apabila penyebab tidak dapat dikoreksi, maka perlu di lakukan flebotomi untuk mengurangi volume dan kekentalan darah.


2.2 Etiologi:
Sel darah tubuh diproduksi di sumsum tulang ditemukan di beberapa tulang, seperti tulang  paha. Biasanya produksi sel darah diatur oleh tubuh sehingga jumlah sel darah kanan baru dibuat untuk menggantikan sel-sel darah yang lama karena mereka mati. Dalam polisitemia, proses ini tidak normal karena berbagai penyebab dan menghasilkan terlalu banyak sel darah merah dan kadang-kadang sel-sel darah lainnya. Hal ini menyebabkan penebalan darah.
Polisitemia Primer: Dalam polisitemia primer peningkatan sel darah merah adalah karena masalah yang melekat dalam proses produksi sel darah merah. Polisitemia Primer terjadi di sekitar 2 pada setiap 100.000 orang. Penyebabnya tidak diketahui. Namun, polisitemia ini hadir saat lahir, biasanya disebabkan oleh kelainan genetik warisan yang abnormal menyebabkan tingkat tinggi prekursor sel darah merah. polisitemia keluarga dan bawaan Primer (PFCP) dan polisitemia vera (PV). Polisitemia sekunder: polisitemia sekunder umumnya terjadi sebagai respon terhadap faktor-faktor lain atau kondisi yang mendasarinya atau gangguan, seperti tumor hati, tumor ginjal atau sindroma Cushing.
Polisitemia sekunder juga dapat disebabkan oleh peningkatan eritropoietin (EPO) produksi baik dalam respon terhadap hipoksia kronis (kadar oksigen rendah) atau dari tumor mensekresi eritropoietin,  perilaku, gaya hidup, seperti merokok, tinggal di tempat yang tinggi, penyakit paru-paru parah, dan penyakit jantung.Bila ada kekurangan oksigen, tubuh merespon dengan memproduksi lebih banyak sel darah merah yang membawa oksigen ke sel-sel tubuh.



2.3 Penyebab
Penyebab dari polisitemia terbagi atas primer dan sekunder. Primer dalam hal ini adalah kondisi dimana sumsum tulang memproduksi terlalu banyak sel darah merah dan disebut dengan polisitemia vera akibat dari mutasi genetik. Kondisi ini jarang terjadi dan predileksi usia adalah usia separuh baya dan orang tua. Polisitemia sekunder adalah kondisi dimana sumsum tulang memproduksi sel darah merah berlebih sebagai respon dari kurangnya kadar oksigen di dalam tubuh. Kekurangan oksigen dapat disebabkan oleh penyakit paru kronik seperti Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), penyakit ginjal, sindroma cushing, hemangioblastoma, dan seseorang yang berada di ketinggian. Satu lagi bentuk polisitemia yaitu polisitemia relatif yang terjadi akibat beberapa hal, diantaranya adalah akibat minum alkohol terlalu banyak, obesitas, hipertensi, stress, dan dehidrasi (kekurangan cairan). Umumnya kondisi polisitemia ini hanya sementara dan dapat kembali normal asalkan penyebabnya diatasi.
Berikut ini adalah daftar penyebab atau kondisi yang mendasarinya (lihat juga mendiagnosis penyebab yang mendasari polisitemia) yang mungkin dapat menyebabkan polisitemia meliputi:
1.      Terpapar Karbon monoksida kronis
2.      Dehidrasi
3.      Ibu merokok
4.      Kegagalan
5.      Pernafasan
6.      Bayi dari ibu diabetes
7.      Tumor ginjal
8.      polycythemia Akut myelofibrosis
9.      Bawaan polisitemia
10.  Methmoglobin reduktase kekurangan
11.  Paru arteriovenosa fistula – polisitemia
12.  Adenokarsinoma ginjal
13.  Feokromositoma
14.  Penyakit ginjal kronis
15.  Burns
16.  Penyakit jantung bawaan
17.  Stress
18.  Polisitemia vera rubra
19.  Penyakit Cushing
20.  Syok
21.  Diare
22.  Muntah
23.  Merokok
24.  Penyakit paru kronis
25.  Tumor Hati
26.  Brain tumor
27.  Tumor rahim
28.  Penyakit paru-paru
29.  Sindrom Cushing
30.  Adrenal adenoma
31.  Pseudopolycythaemia
32.  Arterio-paru vena malformasi
33.  Penyakit paru obstruktif kronik

2.4 Patofisiologi
Mekanisme yang di duga menyebabkan peningkatan proliferasi sel induk hematopoietik adalah sebagai berikut:
1.      Tidak terkontrolnya proliferasi sel induk hematopoietik yang bersifat neoplastik
2.      Adanya faktor mieloproliferatif abnormal yang mempengaruhi proliferasi sel induk hematopoietik normal.
3.      Peningkatan sensitivitassel induk hematopoietik terhadap eritropoetin, interlakuin, 1,3 GMCSF (granulocyte macrophage colony stimulating factor), dan stem cell factor.
Perjalanan klinis polistemia vera adalah sebagai berikut
1.      Fase eritrositik
Di dapatkan suatu fase eritrositik yang menetap dimana di perlukan flebotomi secara teratur untuk mengendalikan viskositas darah dalam batas normal dan berlangsung selama 5-25 tahun.
2.      Fase burn- out atau spent out
Penderita masuk kedalam kondisi seperti terbakar habis, kebutuhan flebotomi sangat berkurang dan dapat terjadi anemia, lien bertambah besar, fibrosis ringan di sumsum tulang, trombositosis, serta leukositosis biasanya menetap.
3.      Fase mielofibrosis
Jika terjadi sitopenia dan splenomegali progresif, manifestasi  klinis dan perjalan klinik menjadi serupa dengan mielofibrosis dan metaplasia mieloid. Kadang kadang terjadi metaplasia mieloid pada limpa, hati, kelenjar getah bening, dan ginjal. Biasanya terjadi pada 10% penderita.
4.      Fase terminal
Kematian karena komplikasi perdarahan/trombosis (35-50%), mielofibrosis (15% penderita), dan transformasi menjadi leukimia akut.
2.5 gejala klinis
Gejala klinis yang biasanya muncul pada polistemia vera adalah sebagai berikut:
1.      Muka kemerah merahan (pletora), gambaran pembuluh darah dikulit atau selaput lendir, dan konjungtiva hiperemia sebagaiakibat peningkatan massa eritrosit.
2.      Hiperviskositas yang menyebabkan penurunan aliran darah, sehingga terjadi hipoksia jaringan dengan manifestasi klinis: sakit kepala, dizziness, vertigo,tinitus, gangguan penglihatan, stroke, angina pektoris, infark miokardium, dan klaudikasio.
3.      Manifestasi perdarahan (10-20% penderita) : epistaksis, perdarahan traktus gastrointestinal (ulkus peptikum), serta abnormalitas faktor pembekuan V dan XII.
4.      Manifestasi trombosis arteri dan vena: gangguan serebrovaskular, infark miokardium, infark paru paru, trombosis vena mesenterika, hepatika, dan deep vein thrombosis.
5.      Splenomegali
6.      Hepatomegali
7.      Pruritus urtikaria
8.      Gout.
2.6 Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien ini adalah sebagai berikut:
1.      Apusan darah tepi
a.       Eritrosit:  normositer normokrom (pada awal penyakit), anisositosis, poikilositosis (pada transisi menjadi mielofibrosis).
b.      Leukosit: leukositosis dengan pergeseran ke kiri, basofilia.
c.       Trombosit: trombositosis, kadang – kadang di sertai morfologi abnormal.
2.    Sumsum tulang
Biasanya hiperseluler dengan hiperplasia semua elemen sumsum tulang. Pada mielogram di dapatkan presentasi normoblast agak meningkat, mieloblast dan mielosit dapat meningkat, serta eosinofl dan basofil juga meningkat.
3.      Peningkata Hb berkisar 18-24 gr%1
4.      Peningkatan hematokrit dapat mencapai > 60%1
5.      Peningkatan eritrosit 7-10 juta/mm³, kadang – kadang mencapai 12-15 juta/mm³¹
6.      Viskositas darah meningkat (5-8 kali normal)
7.      Lekositosis, antara 12.000 – 25.000/mm³ (pada 75% kasus) basofilia.
8.      Trombositosis: 450.000-800.000/mm³
9.      Skor NAP (neuthrophil alakaline phosphatase) meningkat.
10.  Volume darah total meningkat
11.  Serum B12 menigkat
12.  Hiperurikemia
2.7 pengobatan
a. polistemia vera terdiri atas pengobatan umum dan pengobatan khusus.
a) pengobatan umum
pengobatan umum di lakukan adalah sebagai berikut
1.    Pencegahan hiperurikemia: alopurinol 300mg/hari.
2.    Pruritus (karena peningkatan histamin): siproheptadin 3-4 x4mg/hari, simetidin 3x300 mg/ hari.
3.    Pencegahan tromboemboli, bila trombosit >750.000/mm³ berikan aspirin 80-325 mg/hari.
b) pengobata khusus
pengobatan khusus yang di lakukan adalah sebagai berikut.
1.      Flebotomi
Tujan pelaksanaan flebotomi adalah mempertahankan hematokrit antara 42% pada wanita dan 47% pada laki-laki untuk mencegah timbulnya hiperviskositas. Indikasi flebotomi terutama untuk semua klien pada permulaan penyakit dan yang masih dalam usia subur. Penyakit yang terkontrol memerlukan memerlukan flebotomi 1-2 kali 500 ml setiap 3-4 bulan. Bila flebotomi di perlukan lebih dari 1 kali/3 bulan, sebaiknya di pilih terapi yang lain. Flebotomi di sertai diet rendah besi, bila kadar besi sudah rendah, kembali diet biasa atau diberi preparat besi.
2.      Fosfor radioaktif (P³²)
P³² pertama kali di beriakan dengan dosis 2-3 mCi/m²IV, bila per oral naikkan 25%. Selanjutnya bila setelah 2-4 minggu pemberian P³² pertama selesai, dapat di evaluasi hasilnya seperti sebagai berikut.
a.       Mendapatkan hasil, re-evaluasi setelah 10-12 minggu , dapat diulang  jika diperlukan
b.      Tidak berhasil, dosis kedua di naikan 25% dari dosis pertama, diberikan setelah 10-12 minggu dosis pertama
Klien diperiksa sekitar 2-3 bulan sekali setelah keadaan stabil
3.      Kemoterapi tujuan dari kemoterapi adalah sitoreduksi .
Indukasi kemoterapi meliputi hal hal berikut ini:
a.       Hanya untuk polistemia rubra primer.
b.      Flebotomi sebagai pemeliharaan di butuhkan >2 kali perbulan


BAB III
(KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN POLISITEMIA)

3.1   Pengkajian
1.   Identitas  klien
meliputi :nama,umur,alamat,nomorregister,pekerjaan,pendidikan,agama
2.  Keadaan dan keluhan utama
Apa yang menjadi keluhan utama yang dirasakan klien saat kita lakukan yaitu pucat,cepat lelah,takikardi,palpitasi,dan takipnoe
3.Riwayat penyakit dahulu
-adanya penyakit kronis seperti penyakit hati,ginjal
-adanya perdarahan kronis/adanya episode berulangnya perdarahan kronis
-adanya riwayat penyakit hematology,penyakit malabsorbsi.
4.      Riwayat penyakit keluarga
-Adanya riwayat penyakit kronis dalam keluarga yang berhubungan dengan status penyakit yang diderita klien saat ini
-adanya anggota keluarga yang menderita sama dengan klien
5.      Riwayat penyakit sekarang
-apa yang dirasakan klien saat ini yang berhubungan dengan status penyakit yang dideritanya
6.      Data sosial,psikologis dan agama
-Keyakinan klien terhadap budaya dan agama  yang mempengaruhi kebiasaan klien dan pilihan pengobatan misal penolakan transfusi darah
-adanya depresi
7.      Data kebiasaan sehari-hari
a.      Nutrisi
-          Penurunan masukan diet
-          masukan diet rendah protein hawan
-          kurangnya intake zat makanan tertentu:vitamin b12,asam folat
b.Aktivitas istirahat
   -frekuensi dan kualitas pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur
c.    Eliminasi BAK dan BAB
 -Frekuensi,warna,konsistensi dan bau

1. Pengkajian pemeriksaan fisik
a.     Sistim Sirkulasi
Gejala :
a)      riwayat kehilangan darah kronis
b)       riwayat endokarditis infektif kronis
c)      palpitasi
Tanda:
a)        Tekanan darah : Peningkatan sistolik dengan diastolic stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi postural.
b)        Disritmia:abnormalitas EKG misal:depresi segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T jika terjadi takikardia.
c)        Denyut nadi : takikardi dan melebar
d)       Ekstremitas : Warna pucat pada kulit dan membran mukosa (konjongtiva,mulut, faring, bibir dan dasar kuku)
e)        Sklera : Biru atau putih seperti mutiara.
f)         Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran darah ke perifer dan vasokonstriksi kompensasi)
g)        Kuku : Mudah patah.
h)        Rambut : Kering dan mudah putus.

b.    Sistim Neurosensori
Gejala:
a)   Sakitkepala,berdenyut,pusing,vertigo,tinnitus,ketidakmampuan berkosentrasi
b)   imsomnia,penurunan penglihatan dan adanya bayangan pada mata
c)   kelemahan,keseimbangan buruk,kaki goyah,parestesia tangan /kaki
d)  sensasi menjadi dingin
Tanda:
a)   Peka rangsang, gelisah, depresi, apatis
b)   Mental : tak mampu berespon.
c)   Oftalmik : Hemoragis retina.
d)  Gangguan koordinasi.
c.     Sistim Pernafasan
Gejala:
 a) napas pendek pada istirahat dan meningkat pada aktivitas
Tanda :
  a) Takipnea,ortopnea, dan dispnea
d.      Sistim Nutrisi
Gejala:
     a) penurunana masukan diet,masukan protein hewani rendah
b) nyeri pada mulut atau lidah,kesulitan menelan(ulkus pada faring)
c) mual muntah,dyspepsia,anoreksia
d) adanya penurunan berat badan
Tanda:
 a) Lidah tampak merah daging
  b) Membran mukosa kering dan pucat.
c) Turgor kulit : buruk, kering, hilang elastisitas.
  d) Stomatitis dan glositis.
e) Bibir : Selitis(inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah)
e.      Sistim Aktivitas/ Istirahat
Gejala:
a)   Keletihan,kelemahan,malaise umum
b)   kehilamgan produktivitas,penurunan semangat untuk bekarja
c)    toleransi terhadap latihan rendah
d)   kebutuhan untuk istirahat dan tidur lebih banyak
Tanda:
a)    Takikardia/takipnea,dispnea pada bekerja atau istirahat.
b)   Letargi, menarik diri, apatis, lesu dan kurang tertarik pada sekitarnya.
c)    Kelemahan otot dan penurunan kekuatan.
d)   Ataksia,tubuh tidak tegak
f.     Sistim Seksualitas
Gejala:
 a) hilang libido(pria dan wanita)
 b) impoten
Tanda:
 a) Serviks dan dinding vagina pucat.
g.    Sistim Keamanan dan Nyeri
Gejala:
a) riwayat pekarjaan yang terpapar terhadap bahan kimia
b) riwayat kanker
c) tidak toleran terhadap panas dan dingin
d) transfusi darah sebelumnya
e) gangguan penglihatan
f) penyembuhan luka buruk
g) sakit kepala dan nyeri abdomen samar
Tanda:
a) Demam rendah, menggigil, dan berkeringat malam.
b)   Limfadenopati umum
c)   Petekie dan ekimosis.
d)  Nyeri abdomen samar dan sakit kepala.






3.2  Diagnosa
1.Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen dan nutrisi ke sel tubuh.
2.Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang menurun
3.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara supplai oksigen dan kebutuhan/kelelahan

3.3 Intervensi
NO
NO.DX
TUJUAN/KRITERIA HASIL
INTERVENSI
RASIONAL
1
1
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam Px menunjukkan perfusi ade kuat : tanda vital stabil, membrane merah muda, pengisian kapiler baik
 1. Awasi tanda vital, kaji pengisian kapiler dan warna kulit atau membrane mukosa.
2.     2.Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi
3. Kaji pernafasan, auskultasi bunyi napas
4.  Catat keluhan rasa dingin, pertahankan suhu lingkungan dan tubuh hangat sesuai indikasi

5.Awasi pemeriksaan Laboratorium : Hb,Ht, Jumlah SDM, GDA
6.Berikan transfusi darah (SDM darah lengkap/ packed, produk darah sesuai dengan indikasi).                                 Awasi ketat untuk komplikasi tranfusi
1.  Memberikan informasi tentang derajat/ keadikuatan perfusi jaringan dan membantu menentukan kebutuhan interfensi
2.Meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigennasi untuk kebutuhan seluler kecuali bila ada hipotensi
3. Dispnea, gemericik menunjukkan adanya peningkatan kompensasi jantung untuk pengisian kapiler.
4.     Vasokonstriksi ke organ vital menurunkan sirkulasi perifer.
5.Kenyamanan pasien akan kebutuhan rasa hangat harus seimbang untuk mengindari panas berlebihan pencetus vasodilatasi (penurunan perfusi organ)
6.Mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan ataupun respon terhadap terapi. Meningkatkan jumlah sel pembawa oksigen, memperbaiki defisiensi untuk menurunkan resiko perdarahan
2
2
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam maka akan menunjukkan: peningkatan berat badan atau berat badan stabil dengan nilai laboratorium normal, tidak mengalami tanda malnutrisi, menunjukkan perilaku atau perubahan pola hidup untuk menigkatkan atau mempertahankan berat badan yang sesuai.
1.      1. Kaji riwayat nutrisi
2.       
2.  Observasi intake nutrisi pasien, timbang berat badan setiap hari.
3.  Berikan intake nutrisi sedikit tapi sering
4.  Observasi adanya mual muntah dan gejala lain yang berhubungan
5.  Jaga hygiene mulut
6.  Berikan diet halus, rendah serat, menghindari makanan panas, pedas atau terlalu asam sesuai indiksi bila perlu berikan suplemen nutrisi
7.  Kolaborasi dengan ahli gizi.
8. Pantau pemeriksaan Lab : Hb, Ht, BUN, Albumin, Protein, Transferin, Besiserum, B12, Asam folat.
9. Berikan pengobatan sesuai dengan indikasi misalnya :
- Vitamin dan suplemen mineral : Vitamin B12, Asam folat dan Asam askorbat (vitamin C)
1.  Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan interfensi
2. Mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan nutrisi, mengawasi penurunan BB atau efektivitas intervensi nutrisi.
3. Intake yang sedikit tapi sering menurunkan kelemahan dan meningkatkan pemasukan serta mencegah distensi gaster.
4. Gejala gastrointestinal dapat menunjukkan efek hipoksia pada organ.
5. Meningkatkan nafsu makan dan intake oral, menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan infeksi
6.  Bila ada lesi oral, nyeri dapat membatasi intake makanan yang dapat ditoleransi pasien, meningkatkan masukan protein dan kalori.

7.  Membantu dalam membuat rencana diet untuk memenuhi kebutuhan individual.
8.Meningkatkan efektivitas program pengobatan termasuk sumber diet nutrisi yang diperlukan.
9. Kebutuhan penggantian tergantung tipe pada masukan oral yang buruk dan difesiensi yang diidentifikasi
3
3
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan ada peningkatan toleransi aktivitas, menujukkan penurunan tanda fisiologis intoleransi misalnya: nadi, pernafasan dan pertahanan darah dalam rentang normal
1.Kaji kemampuan klien untuk aktivitas, catat adanya kelemahan
2. Awasi dan kaji TTV selama dan sesudah aktivitas, catat respon terhapad tingkat aktivitas seperti denyut jantung, pusing, dispnea, takipnea.
3. Berikan bantuan dalam aktivitas dan libatkan keluarga
4. Rencanakan kemajuan aktivitas dengan pasien, tingkatkan aktivitas sesuai toleransi dengan tehnik penghematan energi serta menghentikan aktivitas jika palpitasi, nyeri dada, napas pendek, atau terjadi pusing.
1.Mempengaruhi pilihan intervensi atau bantuan
2. Manifestasi kardiopolmunal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen ade kuat ke jaringan.
3. Meningkatkan harga diri pasien.
4. Meningkatkan secara bertahap tingkat aktivitas sampai normal dan memperbaiki tonus otot, dengan membatasi adanya kelemahan, serta menghindari terjadinya regangan/ stress kardiopolmonal yang dapat menimbulkan dekompensasi/ kegagalan.







3.4 Implementasi Keperawatan
No. diagnosa masalah
Tgl/jam
Tindakan
paraf
1.      1.Perubahan perfusi jaringan
12/09/2014
08.00

09.00

09.15

09.30

09.45
10.10

1. mengawasi tanda vital, kaji pengisian kapiler dan warna kulit atau membrane mukosa.
2. meninggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi
3.mengkaji pernafasan, auskultasi bunyi napas
4.mencatat keluhan rasa dingin, pertahankan suhu lingkungan dan tubuh hangat sesuai indikasi
 5. mengawasi pemeriksaan Laboratorium : Hb,Ht, Jumlah SDM, GDA
6. memberikan transfusi darah (SDM darah lengkap/ packed, produk darah sesuai dengan indikasi).                                 Awasi ketat untuk komplikasi tranfusi

2. Nutrisi  kurang dari kebutuhan
11.00
11.10

11.20
11.40
11.50
12.00


12.30
12.40

12.50



1. mengkaji riwayat nutrisi
2. mengobservasi intake nutrisi pasien, timbang berat badan setiap hari.
3. memberikan intake nutrisi sedikit tapi sering
4. mengobservasi adanya mual muntah dan gejala lain yang berhubungan
5.menjaga hygiene mulut
6. memberikan diet halus, rendah serat, menghindari makanan panas, pedas atau terlalu asam sesuai indiksi bila perlu berikan suplemen nutrisi
7. mengkolaborasi dengan ahli gizi.
8. memantau pemeriksaan Lab : Hb, Ht, BUN, Albumin, Protein, Transferin, Besiserum, B12, Asam folat.
9. memberikan pengobatan sesuai dengan indikasi misalnya :
- Vitamin dan suplemen mineral : Vitamin B12, Asam folat dan Asam askorbat (vitamin C)

3.Intoleransi aktivitas
3
13.00

13.10


13.30

13.40



1.mengkaji kemampuan klien untuk aktivitas, catat adanya kelemahan
2. mengawasi dan kaji TTV selama dan sesudah aktivitas, catat respon terhapad tingkat aktivitas seperti denyut jantung, pusing, dispnea, takipnea.
3. memberikan bantuan dalam aktivitas dan libatkan keluarga
4. merencanakan kemajuan aktivitas dengan pasien, tingkatkan aktivitas sesuai toleransi dengan tehnik penghematan energi serta menghentikan aktivitas jika palpitasi, nyeri dada, napas pendek, atau terjadi pusing.




3.5 Evaluasi Keperawatan
Masalah kep/kolaboratif
Tgl/jam
Catatan perkembangan
Paraf
1.      1. Perubahan perfusi jaringan
12/09/2014
08.00

08.10



09.15
10. 10

S : Klien mengatakan  napas pendek pada istirahat dan meningkat pada aktivitas
O :  (TTV)
Hasil Lab: Hb:↑, Hematokrit ↑, leukosit, trombosit ↑, eritrosit ↑
A : Ketidakefektifan pola nafas
P : rencana tindakan keperawatan diagnosa 1 s/d 6 di lanutkan.

2. Nutrisi  kurang dari kebutuhan
11.00
11.10
12.40
12.50
S: klien mengatakan masih lemah
O: klien masih tampak lemah
A: masalah masih belum teratasi
P: rencana tindakan keperawatan 1 s/d   9 di lanjutkan

4.      3. Intoleransi aktivitas

13.00

13.10
13. 30
13.40
S: klien mengatakan masih belum bisa melakukan aktivitas
O: klien masih bedres
A: masalah belum teratasi
P: rencana tindakan keperawatan 1 s/d 4 di lanjutkan.

















BAB IV
(PENUTUP)


4.1    Kesimpulan
     Polisitemia adalah  suatu kondisi yang jarang terjadi di mana tubuh terlalu banyak memproduksi sel darah merah atau peningkatan abnormal pada jumlah sel darah merah yang diproduksi oleh sumsum tulang. peningkatan konsentrasi sel darah merah (jumlah sel darah merah melebihi 6 juta/mm³ atau hemoglobin melebihi 18 g/dl, dapat primer atau sekunder.
4.2    Saran
     Setiap perawat harus mampu mengenal dan memahami suatu penyakit dari etiologi, patofisiolgi sampai tahap penyembuhan yang bertujuan untuk pedoman dalam bertindak dan berperilaku dalam praktek keperawatan.
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar