POLISITEMIA
BAB I
(PENDAHULUAN)
1.1 Latar belakang
Sel
darah merah terdiri dari sebagian besar sel-sel darah dalam sirkulasi, dan
salah satu fungsi utama mereka adalah untuk membawa oksigen dari paru ke semua
sel, jaringan, dan organ dalam tubuh. Oksigen dilakukan di dalam sel darah
merah dikombinasikan ke besi yang mengandung protein yang disebut hemoglobin.
Jika
ada jumlah yang lebih tinggi dari sel darah merah dalam sirkulasi dari biasanya
maka seseorang dikatakan telah ”erythrocytosis atau polisitemia”. Situasi sebaliknya dapat
terjadi, dimana ada tingkat yang lebih rendah dari sel darah merah daripada
biasanya, dan kondisi ini disebut sebagai “anemia”.
jumlah sel darah merah dan dibesarkan dapat ditemukan kebetulan pada orang tanpa gejala, pada
tahap awal polisitemia.
Polisitemia adalah suatu kondisi yang jarang terjadi di mana tubuh
terlalu banyak memproduksi sel darah merah atau peningkatan abnormal pada
jumlah sel darah merah yang diproduksi oleh sumsum tulang.
1.2 Tujuan
Untuk memahami penyakit
polistemia agar dapat mengetahui gejala klinis, penyebab, etiologi,
patofisiologi dan dapat membedakan polistemia primer dan polistemia sekunder
yang bertujuan agar dapat mendiagnosa pasien dengan baik.
1.3 Manfaat
Hasil dari penulisan ini
diharapkan dapat memberikan manfaat dan wawasan kepada semuanya.Manfaat lain
dari penulisan makalah ini adalah dengan adanya penulisan makalah ini
diharapkan dapat dijadikan acuan untuk belajar salah satunya tentang
polistemia.
1.4
Sistematika
Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I (Pendahuluan)
a.
Latar
Belakang
b.
Tujuan
c.
Manfaat
d.
Sistematika
BAB II (Tinjauan Teori)
BAB III (Asuhan Keperawatan)
BAB IV ( Penutup)
a.
Kesimpulan
b.
Saran
Daftar Pustaka
.
BAB II
(TINJAUAN TEORI)
2.1 Definisi Polistemia
Polistemia adalah peningkatan konsentrasi
sel darah merah (jumlah sel darah merah melebihi 6 juta/mm³ atau hemoglobin
melebihi 18 g/dl, dapat primer atau sekunder, atau Polisitemia
bisa di sebut juga dengan
suatu kondisi yang jarang terjadi di mana
tubuh terlalu banyak memproduksi sel darah merah atau peningkatan abnormal pada
jumlah sel darah merah yang diproduksi oleh sumsum tulang. Polisitemia atau
polisitemia vera (PV) berasal dari bahasa Yunani: poly (banyak), cyt (sel), dan
hemia (darah). Jadi, polisitemia berarti peningkatan jumlah sel darah
(eritrosit, leukosit, trombosit) di dalam darah. Sementara itu, ‘vera’ diambil
dari bahasa Latin yang artinya sejati. Kata ‘vera’ digunakan untuk
membedakannnya dari keadaan (penyakit) lain yang juga bisa mengakibatkan
peningkatan sel darah merah dalam darah.
Polistemia primer (polistemia
vera) adalah suatu keganasan derajat rendah sel – sel induk hematopoietik
dengan karakteristik peningkatan jumlah eritrosit absolut da volume darah
total, biasanya di sertai leukositosis, trombositosis dalam proporsi normal,
dan splenomegali.
Polistemia sekunder terjadi
sebagai mekanisme kompensasi bila terjadi hipoksia kronis. Hipoksia mencetuskan
pelepasan eritropoetin, hormon yang diproduksi oleh ginjal yang merangsang eritropoesis.
Polistemia sekunder tidak menghasilkan gejala-gejala, kecuali pmeriksaan
laboratorium dan tidak memerlukan pengobatan. Penatalaksanaan polistemia
sekunder mencakup penanganan masalah primernya. Apabila penyebab tidak dapat
dikoreksi, maka perlu di lakukan flebotomi untuk mengurangi volume dan
kekentalan darah.
2.2 Etiologi:
Sel darah tubuh diproduksi di sumsum tulang
ditemukan di beberapa tulang, seperti tulang paha. Biasanya produksi
sel darah diatur oleh tubuh sehingga jumlah sel darah kanan baru dibuat untuk
menggantikan sel-sel darah yang lama karena mereka mati. Dalam polisitemia,
proses ini tidak normal karena berbagai penyebab dan menghasilkan terlalu
banyak sel darah merah dan kadang-kadang sel-sel darah lainnya. Hal ini
menyebabkan penebalan darah.
Polisitemia Primer: Dalam polisitemia primer peningkatan sel darah
merah adalah karena masalah yang melekat dalam proses produksi sel darah merah.
Polisitemia Primer terjadi di sekitar 2 pada setiap 100.000 orang.
Penyebabnya tidak diketahui. Namun, polisitemia ini hadir saat lahir, biasanya
disebabkan oleh kelainan genetik warisan yang abnormal menyebabkan tingkat
tinggi prekursor sel darah merah. polisitemia keluarga dan bawaan Primer (PFCP)
dan polisitemia vera (PV). Polisitemia sekunder:
polisitemia sekunder umumnya terjadi sebagai respon terhadap faktor-faktor lain
atau kondisi yang mendasarinya atau gangguan, seperti tumor hati, tumor ginjal
atau sindroma Cushing.
Polisitemia sekunder juga dapat disebabkan oleh peningkatan
eritropoietin (EPO) produksi baik dalam respon terhadap hipoksia kronis (kadar
oksigen rendah) atau dari tumor mensekresi eritropoietin, perilaku,
gaya hidup, seperti merokok, tinggal di tempat yang tinggi, penyakit paru-paru
parah, dan penyakit jantung.Bila ada kekurangan oksigen, tubuh merespon dengan
memproduksi lebih banyak sel darah merah yang membawa oksigen ke sel-sel tubuh.
2.3 Penyebab
Penyebab dari
polisitemia terbagi atas primer dan sekunder. Primer dalam hal ini adalah
kondisi dimana sumsum tulang memproduksi terlalu banyak sel darah merah dan
disebut dengan polisitemia vera akibat dari mutasi genetik. Kondisi ini jarang
terjadi dan predileksi usia adalah usia separuh baya dan orang tua. Polisitemia sekunder
adalah kondisi dimana sumsum tulang memproduksi sel darah merah berlebih
sebagai respon dari kurangnya kadar oksigen di dalam tubuh. Kekurangan oksigen
dapat disebabkan oleh penyakit paru kronik seperti Penyakit Paru Obstruktif
Kronik (PPOK), penyakit ginjal, sindroma cushing, hemangioblastoma, dan
seseorang yang berada di ketinggian. Satu lagi bentuk
polisitemia yaitu polisitemia relatif yang terjadi akibat beberapa hal,
diantaranya adalah akibat minum alkohol terlalu banyak, obesitas, hipertensi,
stress, dan dehidrasi (kekurangan cairan). Umumnya kondisi polisitemia ini
hanya sementara dan dapat kembali normal asalkan penyebabnya diatasi.
Berikut ini adalah
daftar penyebab atau kondisi yang mendasarinya (lihat juga mendiagnosis
penyebab yang mendasari polisitemia) yang mungkin dapat menyebabkan polisitemia
meliputi:
1.
Terpapar
Karbon monoksida kronis
2.
Dehidrasi
3.
Ibu merokok
4.
Kegagalan
5.
Pernafasan
6.
Bayi dari
ibu diabetes
7.
Tumor
ginjal
8.
polycythemia
Akut myelofibrosis
9.
Bawaan
polisitemia
10. Methmoglobin reduktase kekurangan
11. Paru arteriovenosa fistula – polisitemia
12. Adenokarsinoma ginjal
13. Feokromositoma
14. Penyakit ginjal kronis
15. Burns
16. Penyakit jantung bawaan
17. Stress
18. Polisitemia vera rubra
19. Penyakit Cushing
20. Syok
21. Diare
22. Muntah
23. Merokok
24. Penyakit paru kronis
25. Tumor Hati
26. Brain tumor
27. Tumor rahim
28. Penyakit paru-paru
29. Sindrom Cushing
30. Adrenal adenoma
31. Pseudopolycythaemia
32. Arterio-paru vena malformasi
33. Penyakit paru obstruktif kronik
2.4 Patofisiologi
Mekanisme yang di duga menyebabkan peningkatan proliferasi
sel induk hematopoietik adalah sebagai berikut:
1. Tidak terkontrolnya proliferasi sel induk
hematopoietik yang bersifat neoplastik
2. Adanya faktor mieloproliferatif abnormal yang
mempengaruhi proliferasi sel induk hematopoietik normal.
3. Peningkatan sensitivitassel induk hematopoietik
terhadap eritropoetin, interlakuin, 1,3 GMCSF (granulocyte macrophage colony stimulating factor), dan stem cell factor.
Perjalanan klinis polistemia vera adalah sebagai
berikut
1. Fase eritrositik
Di dapatkan suatu
fase eritrositik yang menetap dimana di perlukan flebotomi secara teratur untuk
mengendalikan viskositas darah dalam batas normal dan berlangsung selama 5-25
tahun.
2. Fase burn- out atau spent out
Penderita masuk
kedalam kondisi seperti terbakar habis, kebutuhan flebotomi sangat berkurang
dan dapat terjadi anemia, lien bertambah besar, fibrosis ringan di sumsum
tulang, trombositosis, serta leukositosis biasanya menetap.
3. Fase mielofibrosis
Jika terjadi
sitopenia dan splenomegali progresif, manifestasi klinis dan perjalan klinik menjadi serupa
dengan mielofibrosis dan metaplasia mieloid. Kadang kadang terjadi metaplasia
mieloid pada limpa, hati, kelenjar getah bening, dan ginjal. Biasanya terjadi
pada 10% penderita.
4. Fase terminal
Kematian karena
komplikasi perdarahan/trombosis (35-50%), mielofibrosis (15% penderita), dan
transformasi menjadi leukimia akut.
2.5 gejala klinis
Gejala klinis yang biasanya muncul pada polistemia
vera adalah sebagai berikut:
1.
Muka kemerah
merahan (pletora), gambaran pembuluh darah dikulit atau selaput lendir, dan
konjungtiva hiperemia sebagaiakibat peningkatan massa eritrosit.
2.
Hiperviskositas
yang menyebabkan penurunan aliran darah, sehingga terjadi hipoksia jaringan dengan
manifestasi klinis: sakit kepala, dizziness,
vertigo,tinitus, gangguan penglihatan, stroke, angina pektoris, infark
miokardium, dan klaudikasio.
3.
Manifestasi
perdarahan (10-20% penderita) : epistaksis, perdarahan traktus gastrointestinal
(ulkus peptikum), serta abnormalitas faktor pembekuan V dan XII.
4.
Manifestasi
trombosis arteri dan vena: gangguan serebrovaskular, infark miokardium, infark
paru paru, trombosis vena mesenterika, hepatika, dan deep vein thrombosis.
5.
Splenomegali
6.
Hepatomegali
7.
Pruritus urtikaria
8.
Gout.
2.6 Pemeriksaan
diagnostik
Pemeriksaan
diagnostik yang dilakukan pada klien ini adalah sebagai berikut:
1.
Apusan darah tepi
a. Eritrosit:
normositer normokrom (pada awal penyakit), anisositosis, poikilositosis
(pada transisi menjadi mielofibrosis).
b. Leukosit: leukositosis dengan pergeseran ke kiri,
basofilia.
c. Trombosit: trombositosis, kadang – kadang di sertai
morfologi abnormal.
2.
Sumsum tulang
Biasanya hiperseluler dengan hiperplasia semua
elemen sumsum tulang. Pada mielogram di dapatkan presentasi normoblast agak
meningkat, mieloblast dan mielosit dapat meningkat, serta eosinofl dan basofil
juga meningkat.
3.
Peningkata Hb
berkisar 18-24 gr%1
4.
Peningkatan
hematokrit dapat mencapai > 60%1
5.
Peningkatan
eritrosit 7-10 juta/mm³, kadang – kadang mencapai 12-15 juta/mm³¹
6.
Viskositas darah
meningkat (5-8 kali normal)
7.
Lekositosis, antara
12.000 – 25.000/mm³ (pada 75% kasus) basofilia.
8.
Trombositosis:
450.000-800.000/mm³
9.
Skor NAP
(neuthrophil alakaline phosphatase) meningkat.
10. Volume darah total meningkat
11. Serum B12 menigkat
12. Hiperurikemia
2.7
pengobatan
a. polistemia vera
terdiri atas pengobatan umum dan pengobatan khusus.
a) pengobatan umum
pengobatan umum di lakukan adalah sebagai berikut
1. Pencegahan hiperurikemia: alopurinol 300mg/hari.
2. Pruritus (karena peningkatan histamin):
siproheptadin 3-4 x4mg/hari, simetidin 3x300 mg/ hari.
3. Pencegahan tromboemboli, bila trombosit
>750.000/mm³ berikan aspirin 80-325 mg/hari.
b) pengobata khusus
pengobatan khusus
yang di lakukan adalah sebagai berikut.
1. Flebotomi
Tujan pelaksanaan
flebotomi adalah mempertahankan hematokrit antara 42% pada wanita dan 47% pada
laki-laki untuk mencegah timbulnya hiperviskositas. Indikasi flebotomi terutama
untuk semua klien pada permulaan penyakit dan yang masih dalam usia subur.
Penyakit yang terkontrol memerlukan memerlukan flebotomi 1-2 kali 500 ml setiap
3-4 bulan. Bila flebotomi di perlukan lebih dari 1 kali/3 bulan, sebaiknya di
pilih terapi yang lain. Flebotomi di sertai diet rendah besi, bila kadar besi
sudah rendah, kembali diet biasa atau diberi preparat besi.
2. Fosfor radioaktif (P³²)
P³² pertama kali di
beriakan dengan dosis 2-3 mCi/m²IV, bila per oral naikkan 25%. Selanjutnya bila
setelah 2-4 minggu pemberian P³² pertama selesai, dapat di evaluasi hasilnya
seperti sebagai berikut.
a. Mendapatkan hasil, re-evaluasi setelah 10-12 minggu
, dapat diulang jika diperlukan
b. Tidak berhasil, dosis kedua di naikan 25% dari dosis
pertama, diberikan setelah 10-12 minggu dosis pertama
Klien diperiksa
sekitar 2-3 bulan sekali setelah keadaan stabil
3. Kemoterapi tujuan dari kemoterapi adalah sitoreduksi
.
Indukasi kemoterapi
meliputi hal hal berikut ini:
a. Hanya untuk polistemia rubra primer.
b. Flebotomi sebagai pemeliharaan di butuhkan >2
kali perbulan
BAB III
(KONSEP ASUHAN
KEPERAWATAN POLISITEMIA)
3.1 Pengkajian
1. Identitas klien
meliputi
:nama,umur,alamat,nomorregister,pekerjaan,pendidikan,agama
2. Keadaan dan keluhan utama
Apa
yang menjadi keluhan utama yang dirasakan klien saat kita lakukan yaitu
pucat,cepat lelah,takikardi,palpitasi,dan takipnoe
3.Riwayat
penyakit dahulu
-adanya penyakit kronis seperti penyakit
hati,ginjal
-adanya perdarahan kronis/adanya episode berulangnya perdarahan kronis
-adanya perdarahan kronis/adanya episode berulangnya perdarahan kronis
-adanya riwayat penyakit hematology,penyakit
malabsorbsi.
4. Riwayat penyakit keluarga
-Adanya
riwayat penyakit kronis dalam keluarga yang berhubungan dengan status penyakit
yang diderita klien saat ini
-adanya
anggota keluarga yang menderita sama dengan klien
5. Riwayat penyakit sekarang
-apa yang dirasakan klien saat ini yang berhubungan
dengan status penyakit yang dideritanya
6. Data sosial,psikologis dan
agama
-Keyakinan
klien terhadap budaya dan agama yang
mempengaruhi kebiasaan klien dan pilihan pengobatan misal penolakan transfusi
darah
-adanya depresi
-adanya depresi
7. Data kebiasaan sehari-hari
a. Nutrisi
-
Penurunan masukan diet
-
masukan diet rendah protein hawan
-
kurangnya intake zat makanan tertentu:vitamin b12,asam folat
b.Aktivitas
istirahat
-frekuensi dan kualitas pemenuhan kebutuhan
istirahat dan tidur
c. Eliminasi
BAK dan BAB
-Frekuensi,warna,konsistensi dan bau
1.
Pengkajian pemeriksaan fisik
a. Sistim
Sirkulasi
Gejala :
a) riwayat
kehilangan darah kronis
b)
riwayat endokarditis infektif kronis
c)
palpitasi
Tanda:
a)
Tekanan darah : Peningkatan sistolik dengan
diastolic stabil dan tekanan nadi melebar, hipotensi postural.
b)
Disritmia:abnormalitas EKG misal:depresi
segmen ST dan pendataran atau depresi gelombang T jika terjadi takikardia.
c)
Denyut nadi : takikardi dan melebar
d)
Ekstremitas : Warna pucat pada kulit dan
membran mukosa (konjongtiva,mulut, faring, bibir dan dasar kuku)
e)
Sklera : Biru atau putih seperti mutiara.
f)
Pengisian kapiler melambat (penurunan aliran
darah ke perifer dan vasokonstriksi kompensasi)
g)
Kuku : Mudah patah.
h)
Rambut : Kering dan mudah putus.
b. Sistim
Neurosensori
Gejala:
a) Sakitkepala,berdenyut,pusing,vertigo,tinnitus,ketidakmampuan berkosentrasi
b) imsomnia,penurunan
penglihatan dan adanya bayangan pada mata
c) kelemahan,keseimbangan
buruk,kaki goyah,parestesia tangan /kaki
d) sensasi
menjadi dingin
Tanda:
a) Peka
rangsang, gelisah, depresi, apatis
b) Mental
: tak mampu berespon.
c) Oftalmik
: Hemoragis retina.
d) Gangguan
koordinasi.
c. Sistim
Pernafasan
Gejala:
a) napas pendek pada istirahat dan meningkat pada aktivitas
a) napas pendek pada istirahat dan meningkat pada aktivitas
Tanda
:
a) Takipnea,ortopnea, dan dispnea
d. Sistim Nutrisi
Gejala:
a) penurunana masukan diet,masukan protein hewani rendah
a) penurunana masukan diet,masukan protein hewani rendah
b) nyeri pada mulut atau lidah,kesulitan menelan(ulkus pada
faring)
c) mual muntah,dyspepsia,anoreksia
d) adanya penurunan berat badan
Tanda:
a) Lidah tampak merah daging
a) Lidah tampak merah daging
b) Membran mukosa kering dan pucat.
c) Turgor kulit : buruk, kering, hilang elastisitas.
d) Stomatitis dan glositis.
d) Stomatitis dan glositis.
e) Bibir : Selitis(inflamasi bibir dengan sudut mulut
pecah)
e. Sistim Aktivitas/ Istirahat
Gejala:
a) Keletihan,kelemahan,malaise
umum
b) kehilamgan
produktivitas,penurunan semangat untuk bekarja
c) toleransi
terhadap latihan rendah
d)
kebutuhan untuk istirahat dan tidur lebih
banyak
Tanda:
Tanda:
a) Takikardia/takipnea,dispnea
pada bekerja atau istirahat.
b) Letargi,
menarik diri, apatis, lesu dan kurang tertarik pada sekitarnya.
c) Kelemahan
otot dan penurunan kekuatan.
d) Ataksia,tubuh
tidak tegak
f. Sistim
Seksualitas
Gejala:
a) hilang libido(pria dan wanita)
a) hilang libido(pria dan wanita)
b) impoten
Tanda:
a) Serviks dan dinding vagina pucat.
a) Serviks dan dinding vagina pucat.
g. Sistim
Keamanan dan Nyeri
Gejala:
a) riwayat pekarjaan yang terpapar terhadap bahan kimia
a) riwayat pekarjaan yang terpapar terhadap bahan kimia
b) riwayat
kanker
c) tidak
toleran terhadap panas dan dingin
d) transfusi
darah sebelumnya
e) gangguan
penglihatan
f) penyembuhan
luka buruk
g) sakit
kepala dan nyeri abdomen samar
Tanda:
a) Demam rendah, menggigil, dan berkeringat malam.
a) Demam rendah, menggigil, dan berkeringat malam.
b) Limfadenopati
umum
c) Petekie
dan ekimosis.
d) Nyeri
abdomen samar dan sakit kepala.
3.2 Diagnosa
1.Perubahan
perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan
untuk pengiriman oksigen dan nutrisi ke sel tubuh.
2.Nutrisi
kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang menurun
3.Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara supplai oksigen dan
kebutuhan/kelelahan
3.3 Intervensi
NO
|
NO.DX
|
TUJUAN/KRITERIA HASIL
|
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
|
1
|
1
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24
jam Px menunjukkan perfusi ade kuat : tanda vital stabil, membrane merah
muda, pengisian kapiler baik
|
1.
Awasi
tanda vital, kaji pengisian kapiler dan warna kulit atau membrane mukosa.
2. 2.Tinggikan
kepala tempat tidur sesuai toleransi
3. Kaji
pernafasan, auskultasi bunyi napas
4. Catat keluhan rasa
dingin, pertahankan suhu lingkungan dan tubuh hangat sesuai indikasi
5.Awasi pemeriksaan
Laboratorium : Hb,Ht, Jumlah SDM, GDA
6.Berikan
transfusi darah (SDM darah lengkap/ packed, produk darah sesuai dengan
indikasi).
Awasi ketat untuk komplikasi tranfusi
|
1. Memberikan
informasi tentang derajat/ keadikuatan perfusi jaringan dan membantu
menentukan kebutuhan interfensi
2.Meningkatkan
ekspansi paru dan memaksimalkan oksigennasi untuk kebutuhan seluler kecuali
bila ada hipotensi
3. Dispnea,
gemericik menunjukkan adanya peningkatan kompensasi jantung untuk pengisian
kapiler.
4. Vasokonstriksi
ke organ vital menurunkan sirkulasi perifer.
5.Kenyamanan pasien akan kebutuhan rasa
hangat harus seimbang untuk mengindari panas berlebihan pencetus vasodilatasi
(penurunan perfusi organ)
6.Mengidentifikasi
defisiensi dan kebutuhan pengobatan ataupun respon terhadap terapi. Meningkatkan
jumlah sel pembawa oksigen, memperbaiki defisiensi untuk menurunkan resiko
perdarahan
|
|
2
|
2
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 1x24 jam maka akan menunjukkan: peningkatan berat badan atau berat
badan stabil dengan nilai laboratorium normal, tidak mengalami tanda
malnutrisi, menunjukkan perilaku atau perubahan pola hidup untuk menigkatkan
atau mempertahankan berat badan yang sesuai.
|
1.
1. Kaji riwayat nutrisi
2.
2. Observasi intake nutrisi
pasien, timbang berat badan setiap hari.
3. Berikan intake nutrisi
sedikit tapi sering
4. Observasi
adanya mual muntah dan gejala lain yang berhubungan
5. Jaga hygiene mulut
6. Berikan
diet halus, rendah serat, menghindari makanan panas, pedas atau terlalu asam
sesuai indiksi bila perlu berikan suplemen nutrisi
7. Kolaborasi
dengan ahli gizi.
8. Pantau
pemeriksaan Lab : Hb, Ht, BUN, Albumin, Protein, Transferin, Besiserum, B12,
Asam folat.
9. Berikan pengobatan sesuai
dengan indikasi misalnya :
- Vitamin dan suplemen mineral : Vitamin B12, Asam folat dan Asam askorbat (vitamin C) |
1. Mengidentifikasi
defisiensi, menduga kemungkinan interfensi
2. Mengawasi masukan kalori
atau kualitas kekurangan nutrisi, mengawasi penurunan BB atau efektivitas
intervensi nutrisi.
3. Intake yang sedikit tapi
sering menurunkan kelemahan dan meningkatkan pemasukan serta mencegah
distensi gaster.
4. Gejala
gastrointestinal dapat menunjukkan efek hipoksia pada organ.
5. Meningkatkan
nafsu makan dan intake oral, menurunkan pertumbuhan bakteri, meminimalkan infeksi
6. Bila
ada lesi oral, nyeri dapat membatasi intake makanan yang dapat ditoleransi
pasien, meningkatkan masukan protein dan kalori.
7. Membantu
dalam membuat rencana diet untuk memenuhi kebutuhan individual.
8.Meningkatkan efektivitas program pengobatan
termasuk sumber diet nutrisi yang diperlukan.
9. Kebutuhan
penggantian tergantung tipe pada masukan oral yang buruk dan difesiensi yang
diidentifikasi
|
|
3
|
3
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 1x24 jam diharapkan ada peningkatan toleransi aktivitas, menujukkan
penurunan tanda fisiologis intoleransi misalnya: nadi, pernafasan dan
pertahanan darah dalam rentang normal
|
1.Kaji kemampuan klien untuk aktivitas, catat
adanya kelemahan
2. Awasi dan kaji TTV selama
dan sesudah aktivitas, catat respon terhapad tingkat aktivitas seperti denyut
jantung, pusing, dispnea, takipnea.
3. Berikan bantuan dalam
aktivitas dan libatkan keluarga
4. Rencanakan kemajuan
aktivitas dengan pasien, tingkatkan aktivitas sesuai toleransi dengan tehnik
penghematan energi serta menghentikan aktivitas jika palpitasi, nyeri dada,
napas pendek, atau terjadi pusing.
|
1.Mempengaruhi
pilihan intervensi atau bantuan
2. Manifestasi
kardiopolmunal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen ade
kuat ke jaringan.
3. Meningkatkan
harga diri pasien.
4. Meningkatkan
secara bertahap tingkat aktivitas sampai normal dan memperbaiki tonus otot,
dengan membatasi adanya kelemahan, serta menghindari terjadinya regangan/
stress kardiopolmonal yang dapat menimbulkan dekompensasi/ kegagalan.
|
|
3.4 Implementasi
Keperawatan
No. diagnosa masalah
|
Tgl/jam
|
Tindakan
|
paraf
|
1. 1.Perubahan perfusi
jaringan
|
12/09/2014
08.00
09.00
09.15
09.30
09.45
10.10
|
1. mengawasi
tanda vital, kaji pengisian kapiler dan warna kulit atau membrane mukosa.
2. meninggikan kepala tempat
tidur sesuai toleransi
3.mengkaji pernafasan, auskultasi bunyi
napas
4.mencatat
keluhan rasa dingin, pertahankan suhu lingkungan dan tubuh hangat sesuai
indikasi
5. mengawasi pemeriksaan
Laboratorium : Hb,Ht, Jumlah SDM, GDA
6. memberikan transfusi
darah (SDM darah lengkap/ packed, produk darah sesuai dengan indikasi). Awasi ketat
untuk komplikasi tranfusi
|
|
2. Nutrisi
kurang dari kebutuhan
|
11.00
11.10
11.20
11.40
11.50
12.00
12.30
12.40
12.50
|
1. mengkaji
riwayat nutrisi
2. mengobservasi intake nutrisi pasien,
timbang berat badan setiap hari.
3. memberikan intake
nutrisi sedikit tapi sering
4. mengobservasi
adanya mual muntah dan gejala lain yang berhubungan
5.menjaga hygiene mulut
6. memberikan diet halus, rendah serat,
menghindari makanan panas, pedas atau terlalu asam sesuai indiksi bila perlu
berikan suplemen nutrisi
7. mengkolaborasi
dengan ahli gizi.
8. memantau
pemeriksaan Lab : Hb, Ht, BUN, Albumin, Protein, Transferin, Besiserum, B12,
Asam folat.
9. memberikan pengobatan sesuai dengan
indikasi misalnya :
- Vitamin dan suplemen mineral : Vitamin B12, Asam folat dan Asam askorbat (vitamin C) |
|
3.Intoleransi
aktivitas
3
|
13.00
13.10
13.30
13.40
|
1.mengkaji kemampuan klien untuk aktivitas,
catat adanya kelemahan
2. mengawasi dan kaji TTV
selama dan sesudah aktivitas, catat respon terhapad tingkat aktivitas seperti
denyut jantung, pusing, dispnea, takipnea.
3. memberikan bantuan dalam
aktivitas dan libatkan keluarga
4. merencanakan kemajuan
aktivitas dengan pasien, tingkatkan aktivitas sesuai toleransi dengan tehnik
penghematan energi serta menghentikan aktivitas jika palpitasi, nyeri dada,
napas pendek, atau terjadi pusing.
|
3.5 Evaluasi
Keperawatan
Masalah kep/kolaboratif
|
Tgl/jam
|
Catatan perkembangan
|
Paraf
|
1.
1. Perubahan perfusi jaringan
|
12/09/2014
08.00
08.10
09.15
10. 10
|
S : Klien mengatakan
napas pendek pada istirahat dan meningkat pada aktivitas
O : (TTV)
Hasil Lab: Hb:↑, Hematokrit ↑, leukosit ↑,
trombosit ↑, eritrosit ↑
A : Ketidakefektifan pola nafas
P : rencana tindakan keperawatan diagnosa 1 s/d 6 di lanutkan.
|
|
2. Nutrisi
kurang dari kebutuhan
|
11.00
11.10
12.40
12.50
|
S: klien
mengatakan masih lemah
O: klien masih
tampak lemah
A: masalah masih
belum teratasi
P: rencana
tindakan keperawatan 1 s/d 9 di
lanjutkan
|
|
4.
3. Intoleransi aktivitas
|
13.00
13.10
13. 30
13.40
|
S: klien
mengatakan masih belum bisa melakukan aktivitas
O: klien masih
bedres
A: masalah belum
teratasi
P: rencana tindakan
keperawatan 1 s/d 4 di lanjutkan.
|
|
BAB IV
(PENUTUP)
4.1 Kesimpulan
Polisitemia adalah suatu kondisi yang jarang terjadi di mana
tubuh terlalu banyak memproduksi sel darah merah atau peningkatan abnormal pada
jumlah sel darah merah yang diproduksi oleh sumsum tulang. peningkatan konsentrasi sel darah merah (jumlah sel
darah merah melebihi 6 juta/mm³ atau hemoglobin melebihi 18 g/dl, dapat primer
atau sekunder.
4.2
Saran
Setiap perawat harus
mampu mengenal dan memahami suatu penyakit dari etiologi, patofisiolgi sampai
tahap penyembuhan yang bertujuan untuk pedoman dalam bertindak dan berperilaku
dalam praktek keperawatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar